Penyebab Terbunuhnya Ismail Haniyeh Masih Jadi Teka-Teki

Internasional. suararadarcakrabuana.com – Ismail Haniyeh pemimpin Hamas yang terbunuh di Tehran, Iran beberapa waktu lalu masih menyisakan teka-teki, terutama penyebab dari kematiannya.

Dikutip dari Al-Jazeera, Minggu (4/8/2024), Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengatakan, Haniyeh dibunuh dengan proyektil jarak pendek yang ditembakkan dari luar tempat menginapnya. Proyektil itu membawa material eksplosif seberat 7 kilogram. Kesimpulan itu berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh IRGC.

Dalam pernyataannya, IRGC menegaskan bahwa Israel yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) akan menerima hukuman yang keras atas tindakannya membunuh Haniyeh.

Atas kematian Haniyeh, Israel tak membenarkan atau membantah terlibat. Sementara AS mengaku tidak mengetahui atau terlibat dalam peristiwa yang berpotensi memicu peningkatan eskalasi konflik di Timur Tengah.

Haniyeh dan pengawalnya dibunuh saat berkunjung ke Iran pada Rabu lalu. Dia dijadwalkan menghadiri pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.

“Hingga saat ini masih belum jelas bagaimana dia terbunuh dan kesimpulan apapun terkait hal itu tentu akan berdampak serius pada apa yang akan terjadi selanjutnya dan narasi yang dihasilkan,” kata Analis Keamanan, H. A. Hellyer.

Sebelumnya, narasi soal penyebab kematian Haniyeh muncul dari sumber anonim dari The Telegraph. Media asal Inggris itu menggunakan sumber dari pejabat Iran dan Timur Tengah yang menyebut bahwa Haniyeh dibunuh dengan bom yang ditanam berbulan-bulan lalu di kediamannya.

Badan Intelijen Israel, Mossad dilaporkan merekrut petugas keamanan Iran untuk menanamkan bom di tiga ruangan terpisah di bangunan tempat Haniyeh menginap.

Menurut Hellyer, narasi yang muncul kini ada dua skenario. Skenario yang dirilis IRGC menunjukkan bahwa sistem keamanan yang dijebol sementara yang kedua menunjukkan ada penyusup.

Menurut Koresponden Internasional Al-Jazeera, Resul Sardar, meski ada perang narasi soal penyebab Haniyeh terbunuh, peristiwa itu memperlihatkan bahwa IRGC gagal menjaga keamanan Haniyeh.

“Sudah jelas bahwa Iran kalah dalam perang elektronik dalam konteks penyadapan sinyal dan komunikasi,” pungkasnya

 

 

Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *