Sejarah Berdirinya Kraton Kertasura Ibu Kota Kerajaan Mataram

 

Artikel. Suararadarcakrabuana.com – Kraton Kartasura dibangun atas prakarsa Sunan Amangkurat Amral / Sunan Amangkurat II / Sunan Amangkurat Surabaya. Sunan Amangkurat II adalah putra sulung Sunan Amangkurat I makam di Tegalarum .

Demi melihat sebagian bangunan Kraton Pleret telah porak poranda akibat serangan dari Trunajaya, kemudian Sunan Amangkurat II memerintahkan Senopati Urawan untuk mencari lahan baru untuk membangun Kraton baru karena kraton lama sudah kehilangan pamor wahyu kedaton

Kang cinatur sejarah Matawis,
Wusnya Nata Agung Hamangkurat,
Surut haneng Galwangine,
Kuthagara Kedhatun,
Pleret dinulu risak sami,
Marma tan pantes dadya,
Pusering praja gung,
Sigra Sang Baginda arsa,
Ngalih amrih lumastariya kang negri,
Rinembak lan pra Patya.

Tan tinulis panitiking siti,
Kang pinangka hangalih nagara,
Padene dhatulayane,
Pindahnya wus tinamtu,
Hawit dene hanguciwani.
Titi sajumenengnya,
Amral kang Sinuwun,
Mapan wus wineceng jangka,
Tamat babad Pleret bawa boyong wukir,
Tilar tilas tan kocap.

Yen sinungging pra bebedra sami,
Sengkut bikut genya nambut karya,
Datan ngungak reriwene,
Hamangkurat jejuluk,
Ping dwi wus purna hangyasani,
Kadhaton wana karta,
Tuhu sinengkuyung,
Sing pra hangadhep Jeng Sunan,
Kukuh bakuh tanggap cobaning Hyang Widi,
Hagal halus dhumawah.
( Sekar Dhandanggula )

Awal mula ada tiga pilihan yaitu
1. Logender dekat Bledug Kuwu Grobogan,
2. Tingkir Salatiga
3. Hutan Wonokerto dekat bekas Kraton Pajang

Setelah beberapa lama akhirnya ditemukanlah lahan di barat bekas kraton Pajang yaitu di hutan Wanakerta.
Wilayah tersebut dipilih sebagai ibukota Mataram karena letaknya sangat strategis.
Terhubung langsung dengan jalur penting kota di pesisir dan pedalaman.
Tanah Wanakerta subur, bisa ditanami padi , Loh subur kang sarwa tinandur.

Umbul Cakra dan Pengging mengalir ke Kartasura dan bertemu di Kali Larangan. Mata air Bengawan Solo dari Gunung Sewu Wilayah yang bisa dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan memenuhi keperluan rakyat dan keluarga istana, selatan mengalir sampai selat Madura.

Di sisi barat ada Gunung Merapi & Merbabu. Disisi timur ada Gunung Lawu. Disisi selatan ada Dlepih Kahyangan. Disisi utara menghadap makam para leluhur Mataram di Grobogan. Disisi Timur ada Astana Laweyan Makam Leluhur Mataram.

Wilayah Hutan Wanakerta dipandang bisa menjadi jalur utama yang menghubungkan kawasan penting di Pulau Jawa. Arah utara menuju kota Semarang.
Arah barat menuju ke daerah Kotagede & Pajimatan Imogiri. Arah timur menuju kota Surabaya
Kemudian Sunan Amangkurat II memerintahkan Pangeran Nrang Kusuma untuk membuka hutan dan dijadikan pemukiman.

Pembangunan Kraton memakan waktu selama tujuh bulan, meski belum selesai Sunan Amangkurat II berkenan untuk pindah ke kraton yang baru pada hari Rabu Pon ,tanggal 27 Ruwah,tahun Alip 1603 tahun Jawa atau 11 September 1680.dengan candra sengkala Katon Sunya Hangrasa Wani
Dan Kraton tersebut dinamakan Kraton Kartasura Hadiningrat.
Karta, makmur ; Sura, berani.

Diharapkan menjadi Kraton yang makmur & kuncoro Pemilihan tanggal dan hari kepindahan kraton, Sunan Amangkurat II terlebih dahulu memohon restu kepada Panembahan Natapraja ( keturunan grad V Sunan Kalijaga ) di Perdikan Kadilangu.

Sang Aprabu prapteng Wanakarti,
Gumarudug para wadya bala,
Kawula sentana ne,
Kadya sinebut sebut,
Katon sunya hangrasa wani,
Ya sinangkalaning candra,
Ri Buda Pon nuju,
Kaping pitulikur Ruwah,
Alip sewu nenem hatus telu dadi,
Kartasura Hadiningrat.

Menurut Babad Tanah Jawa, Kraton Kartasura pada awalnya memakai atap rumbia,bilik bambu belum berdinding batu bata kemudian mulai dibangun megah pada tahun 1682. Studi kelayakan melibatkan pakar tata kota dari negeri Tamasek Singapura. Diundang pula arsitektur India yang pernah membangun Taj Mahal.

Jadilah struktur perkotaan yang amat indah. Kraton Kartasura dibangun dilahan yang sejuk, Kraton dikelilingi oleh tanaman semak berduri , parit dalam dan tembok tinggi 5 meter dengan ketebalan 2,5 meter.Untuk pertahanan Kraton. tembok tersebut dibuat dari batu bata yang direkatkan memakai tetes tebu.

Tembok tersebut dinamakan tembok baluwarti, yang mengelilingi lahan seluas 16 hektar. Pada intinya bangunan Kraton Kartasura dibuat persis dengan Kraton Plered Didalamnya ada Sitihinggil, Taman Balekambang, Keputren, Segara yasa, Gedung Obat, taman bukit tinggi yang disebut Gunung Kunci. Disisi selatan Kedaton dibangun Alun Alun Selatan,

Di dalam tembok baluwarti ada tembok Sri Manganti yang melindungi kediaman Raja. Kedaton Kartasura luasnya sekitar 2 hektar. Di dalam kedaton ada bangunan bangunan utama, Masjid Panepen, Bangsal , Bangsal Witono, Peraduan Raja, Singgasana Raja, Sumur Madusuko untuk menjamasi pusaka pusaka kraton,dan bangunan khusus untuk meditasi Raja. Juga keputren.

Sebagai Gambaran :
1. Alun Alun Utara
2. Masjid Gedhe
3. Bangsal Pangrawit & Bangsal Witana
4. Gerbang Baluwarti
5. Kori Sri Manganti Lor
6. Kedaton ( Pendopo – Dalem Ageng – Tempat Istirahat Raja & Permaisuri – Ruang Pusaka Kraton – Keputren & Kasatriyan – Masjid Panepen )
7. Kori Sri Manganti Kidul
8. Gedong Obat ( gudang mesiu )
9. Gunung Kunci
10 Segarayasa ( danau buatan )

Raja Raja yang memerintah di Kraton Kartasura Hadiningrat sebagai berikut :
1.Sunan Amangkurat II ,tahun 1680 – 1703
2.Sunan Amangkurat III, tahun 1703 – 1704
3.Sunan Pakubuwana I, tahun 1704 – 1719
4.Sunan Amangkurat IV, tahun 1719 – 1727
5.Sunan Paku Buwana II, tahun 1727 – 1745.
6.Sunan Kuning tgl 1Juli 1742 – Nov 1742

Hampir bersamaan dengan dibangunnya Kraton Ibukota Mataram, dibangun pula sebuah daerah yang mendukung keberadaan Kuthanagara yaitu wilayah Sukoharjo. Wilayah Sukoharjo menjadi wilayah yang makmur yang menghasilkan hasil bumi yang besar karena didukung sistem irigasi yang baik.

masyarakatnya juga banyak yg memperoleh pendapatan dari wira usaha antara lain usaha warung nasi liwet, garangasem , cabuk rambak, wedang ronde ,di daerah nguter terkenal dengan usaha pembuatan jamu tradisional, Serenan pembuatan aneka mebel, Bekonang menjadi sentra pembuatan gamelan.

Sumber  K.R.T Koes Sajid Jayaningrat

Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *