Mengenal Mata Uang Kesultanan Demak

 

Artikel.suararadarcakrabuana.com – Mata uang picis Kesultanan Demak koleksi Museum Uang Sumatera, Kota Medan. mata uang ini beredar di era transisi kuasa dari Majapahit ke Kesultanan Demak 1470-an. Koin ini terbuat dari tembaga dan timah, yg merupakan mata uang rakyat pesisir masa itu, sebagai alternatif atas koin picis Majapahit yg juga dari bahan yang sama.

Pada foto kiri tertulis pada koin itu jelas tertulis سلطان دمق فقرن
الفـَـاتح
Sultan Demak Pangeran al-Fatih (Raden Patah).

Pada koin kanan beberapa kata tidak jelas. Tapi ada satu kata tertulis sangat-sangat jelas: فقرن
(Pangeran)… ق = ng (mengikuti model penulisan aksara Persia-Mongolia), kemungkinan kelanjutannya adalah Pangeran Demak.

Pada bagian lain yang posisinya terbalik, pada koin tertulis kemungkinan adalah ungkapan shalawat atas Baginda Nabi: محمد صل وسلم عليه

Kehadiran koin Demak ini memberi bukti baru akan masa awal kemunculan aksara pegon yang dipakai para Wali dalam kegiatan literasi dan tulis-menulis peradaban Islam Nusantara. Ini bukti tertua adanya tulisan pegon pernah dipakai, dari abad 15! Artinya dari masa Majapahit tulisan pegon ini sudah tersebar di masyarakat bersamaan dengan maraknya beberapa pesantren di pesisir utara Jawa.

Mata uang ini sangat strategis bagi konstrksi ilmu ekonomi Nusantara, karena memberi kondisi bagi praktik permodalan transaksi ekonomi musyarakah atau bagi hasil, sebagai landasan penciptaan sistem sosial-politik yang egaliter dan adil di Nusantara. (baca buku Islam Nusantara, jilid 1, bab 9).

Antonio Galvao, pengembara Portugis dari tahun 1544, memberikan pengamatannya di Maluku setelah mengetahui beredarnya mata uang Demak ini: sejak masuknya orang-orang Muslim dari Jawa itu (murid-murid Kangjeng Sunan Giri), orang-orang Maluku mulai mengenal “mata uang, tulisan, agama baru, musik, hukum dan hal-hal baik lainnya” – bersamaan dengan maraknya penanaman rempah-rempah. Selain di Maluku, mata uang Demak juga masuk ke Sumatera, seperti tersimpan kini di Medan.

Sebutan Sultan untuk Raja Demak ini pada koin tersebut sekaligus mengoreksi beberapa penilaian orientalis seperti de Graaf yg tidak percaya raja Demak punya gelar Sultan.

 

Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *