Gugurnya Pahlawan Agun Kebo Anabrang

 

Artikel.suararadarcakrabuana.com – Atas perintah Raden Wijaya bersama sama dengan Lembu Sora dan Nambi, Kebo Anabrang memimpin sekitar 10 ribu pasukan menuju Tuban. Pada saat itu dikisahkan Kebo Anabrang memimpin pasukan yang sudah dihadang oleh pasukan Ronggolawe di Sungai Tambak Beras.

Pertempuran diantara dua pasukan terjadi di bibir sungai Tambak Beras. Pada suatu kesempatan Kebo Anabrang harus berhadapan dengan Ronggolawe. Meski diketahui keduanya masih terikat kekerabatan yang dekat. Demikian disadari jika Ronggolawe juga merupakan salah satu pahlawan bagi berdirinya Majapahit namun karena menyangkut prinsip masing masing. Kebo Anabrang sebagai punggawa Majapahit memiliki prinsip untuk mewujudkan mimpi penyatuan Nusantara sehingga tidak rela jika ada pihak yang mengancam disintegrasi Majapahit.

Sementara Ronggolawe punya prinsip untuk menuntut keadilan terkait pembagian jabatan Majapahit yang dianggap tidak adil yang ditunjukan dengan pilihan sikap sebagai bentuk protesnya. Disisi lain situasi saat itu dimanfaatkan oleh politisi busuk semacam Dyah Halayudha yang ingin mencari kesempatan dengan mengambil keuntungan pribadinya dengan cara politik adu domba.

Karena hal tersebut antara Kebo Anabarang dengan Ronggolawe harus berhadapan hadapan dalam duel maut yang terjadi diantara derasnya aliran sungai Brantas. Dikisahkan dalam duel tersebut Kebo Anabrang kehilangan kudanya karena tertikam oleh Rangga Lawe, namun Kebo Anabrang berhasil meloloskan diri dari serangan Rangga Lawe.

Diriwayatkan pada saat itu Kebo Anabrang setelah mendapatkan kuda pengganti langsung melakukan rendam badan bersama kuda barunya tersebut agar badannya merasa sehat segar kembali. Ranggalawe melihat Kebo Anabrang dan dengan segera cepat menyerang, namun Kebo Anabrang berhasil menghindar dengan menceburkan badannya ke dalam air.

Ronggolawe menyusul dengan melakukan tendangan dan pukulan yang diikuti dengan sabetan Senjata. Kebo Anabrang yang sudah lebih berpengalaman dalam pertempuran di medan air dengan cepat dapat menangkis dan menyerang balik Ronggolawe. Pergumulan keduanya berlangsung sengit diantara gemericik aliran sungai.

Dalam suatu kesempatan yang tepat Kebo Anabrang berhasil memiting Ronggolawe. Kepala dan tengkuk Ronggolawe berhasil dibenamkan di dalam air yang membuat Ronggolawe tidak bisa bernafas. Dalam duel tersebut akhirnya Ronggolawe tewas ditangan Kebo Anabrang.

Dalam pertarungan satu lawan satu antara Kebo Anabrang dengan Ronggolawe tersebut disaksikan langsung oleh Lembu Sora. Lembu Sora mengalami situasi yang sangat dilema sebab kedua duanya adalah kerabatnya terlebih Ronggolawe adalah keponakan yang sangat dicintai. Namun pada sisi lain pertarungan tersebut sama sama memperjuangkan prinsip.

Prinsip dari masing masing pihak tersebut sangat dipahami dan dimaklumi oleh Lembu Sora. Pada saat itu Lembu Sora berposisi berpihak pada kepentingan Majapahit yang juga sepihak dengan Kebo Anabrang namun bagaimanapun Ronggolawe adalah keponakan yang bersamanya ikut berjuang dalam mendirikan Majapahit.

Melihat Ronggolawe megap megap blingsatan sekarat tidak bisa bernafas karena kepalanya dibenamkan didalam air oleh Kebo Anabrang. Lembu Sora kalut tidak bisa mengendalikan diri, dengan spontan tanpa berfikir panjang. Dengan memegang senjata berlari cepat sambil menikam Kebo Anabrang dari arah belakang.

Kebo Anabrang langsung roboh bersimbah darah jasadnya mengapung si aliran sungai berdampingan dengan jasad Ronggolawe. Sehingga pada saat itu dua Ksatria besar telah gugur dengan mempertahankan sikap dan pilihanya. Darah dua Ksatria telah menggenangi aliran sungai Tambak Beras yang mengalir redam larut hingga sampai ke laut Jawa.

Atas kejadian tersebut membuat Lembu Sora menjadi menyesal dan bersedih demikian seluruh punggawa dan prajurit Majapahit. Hingga peperangan berhenti dengan sendirinya karena melihat dua orang Ksatria pimpinanya masing masing telah gugur.

Dikisahkan Raden Wijaya juga sangat menyesali insiden tersebut hingga sebagai penghormatan atas jasa jasa kedua Ksatria tersebut jasad Kebo Anabrang dan Ronggolawe dikremasi secara bersama dalam ritual besar kenegaraan Majapahit dan abunya di ditabur di Laut Jawa agar menyatu dengan alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana keduanya diciptakan.

 

Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *