Kisah Petruk Dadi Ratu Kebijaksanaan Yang Terlupakan

Artikel.suararadarcakrabuana.com – Di dunia pewayangan Jawa, ada satu karakter unik yang selalu berhasil mencuri perhatian, meskipun ia bukan keturunan bangsawan atau satria gagah. Dialah Petruk, salah satu tokoh punakawan, yang diakui sebagai representasi rakyat jelata.

Meski tidak ada dalam kisah asli Mahabarata dari India, keberadaan Petruk adalah hasil kreativitas masyarakat Jawa. Sosoknya mencerminkan kebijaksanaan dalam kesederhanaan, serta humor yang membumi. Di tanah Pasundan, Petruk dikenal dengan nama lain, Dawala atau Udel.

Namun, kisah Petruk tidak hanya berhenti sebagai rakyat biasa. Ada satu episode terkenal yang dikenal dengan Petruk Dadi Ratu “Petruk Menjadi Raja.” Kisah ini adalah sebuah refleksi yang dalam tentang kekuasaan, kebijaksanaan, dan kesewenang-wenangan.

Dalam cerita ini, Petruk menemukan dirinya dalam situasi tak terduga ketika ia berkesempatan menguasai pusaka sakti Jamus Kalimasada.

Kisah bermula ketika Dewi Mustakaweni, putri dari kerajaan Imantaka, berhasil mencuri pusaka Jamus Kalimasada melalui tipu daya, menyamar sebagai Gatotkaca. Pusaka ini menjadi rebutan antar kerajaan, menimbulkan kekacauan besar. Di tengah hiruk-pikuk itulah Petruk melihat peluang.

Dengan kecerdikannya, ia menyembunyikan Kalimasada dan berkat kekuatan pusaka tersebut, ia mendadak memperoleh kekuasaan tak terhingga.

Petruk berhasil menduduki singgasana Kerajaan Loji tengara dan mengangkat dirinya sebagai Prabu welguwelbeh. Raja rakyat biasa ini tiba-tiba memiliki kekuatan luar biasa. Bahkan, ia berhasil menaklukkan tokoh-tokoh kuat seperti Adipati Karna. Dengan Kalimasada di tangannya, Petruk menguasai banyak kerajaan dan menjadikan penguasa aslinya sebagai bawahannya.

Namun, perubahan besar terjadi dalam diri Petruk. Sosok yang dulu rendah hati dan sederhana berubah drastis. Kekuasaan merubahnya menjadi sosok yang sombong dan sewenang-wenang, mempraktekkan sifat adigang, adigung, adiguna—yaitu angkuh karena kekuatan, kekuasaan, dan kecerdasan yang ia miliki.

Kisah Petruk Dadi Ratu adalah cerminan dari banyak kisah manusia yang seringkali lupa diri saat berada di puncak kekuasaan. Petruk yang awalnya hanya rakyat jelata, berubah menjadi penguasa lalim setelah ia mendapati kekuatan luar biasa dari Jamus Kalimasada. Kekuasaan bukan hanya mengangkatnya, tetapi juga menggiringnya ke dalam kesombongan yang mengancam kehancurannya sendiri.

Kemarahan para Dewa pun tak terhindarkan. Melihat tingkah Petruk yang semakin melampaui batas, para Dewa turun tangan untuk menurunkan Prabu Welgeduwelbeh dari singgasananya. Akhirnya, sosok raja sombong ini kembali menjadi Petruk yang kita kenal, rakyat biasa dengan segala kesederhanaannya. Pusaka Kalimasada dikembalikan kepada pemilik aslinya, Prabu Puntadewa, dan Petruk belajar bahwa kekuasaan adalah ujian yang berat.

Kisah Petruk dadi Ratu menyimpan makna mendalam tentang bahaya kesewenang-wenangan saat memegang kekuasaan. Saat manusia diberi kekuatan dan kekuasaan, mereka seringkali lupa bahwa segala sesuatu bersifat sementara. Sifat rendah hati, yang seharusnya dijaga, terkikis oleh rasa sombong. Manusia harus ingat bahwa kekuasaan yang diperoleh bukan untuk disalahgunakan, melainkan untuk kebaikan bersama.

Petruk dengan segala kelucuannya, mengajarkan kita bahwa seorang raja sejati bukan diukur dari takhta yang ia duduki, tetapi dari kebijaksanaan dan kemampuannya untuk tetap membumi, bahkan di tengah gemerlap kekuasaan.

Sebagai rakyat biasa, Kisah Petruk tetap menjadi pengingat bagi kita semua.  Bahwa sebesar apapun kekuasaan yang kita peroleh, kesederhanaan dan kebijaksanaan harus selalu menjadi pemandu hidup kita.

 

Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *