Artikel. Suararadarcakrabuana.com – Rakeyan Sancang dalam Naskah Kuno Pangeran Wangsakerta Sebelum adanya informasi dari ulama Mesir tersebut, dalam naskah kuno Pangeran Wangsakerta, sosok yang membantu Sayidina Ali dikenal sebagai putra Raja Tarumanagara ke VIII, Kertawarman (561-628 M), yang bernama Rakeyan Sancang.
Rakeyan Sancang adalah anak dari istri ketiga Kertawarman, Wwang Amet Samidha, seorang putri pencari kayu bakar dari luar kerajaan. Karena status ibunya yang tidak resmi di istana, Rakeyan Sancang tidak diakui sebagai anggota keluarga kerajaan.
Diberikan Kekecewaan dan Penempaan Diri Rakeyan Sancang Dibebani oleh kekecewaan dan dendam yang mendalam, Rakeyan Sancang memutuskan untuk menempa dirinya. Ia membangun kekuatan dengan cara bertapa dan berkerabat dengan segala kesaktian para penghuni hutan Sancang yang sejak dahulu kala dikenal angker.
Dalam prosesnya, Rakeyan Sancang memperkuat dirinya baik secara fisik maupun spiritual, menjadikannya seorang tokoh yang disegani. Latar Belakang Keluarga Kertawarman Raja Kertawarman sendiri diakui memiliki dua orang istri resmi.
Istri pertama berasal dari Calankayana, dan istri kedua adalah seorang janda beranak satu dari Svarnadvipa. Dari pernikahan tersebut, Kertawarman tidak memiliki anak kandung. Oleh karena itu, ia mengangkat anak dari istri keduanya yang bernama Brajagiri sebagai anaknya sendiri.
Rakeyan Sancang Bukan Rakeyan Santang Perlu dicatat bahwa Rakeyan Sancang, tidak sama dengan Rakeyan Santang (Kian Santang), putra Jayadewata (Siliwangi), yang dalam anggapan masyarakat umum sering dikaitkan dengan orang yang pernah bersua dan beradu kekuatan dengan Sayidina Ali.
Rakeyan Sancang adalah anak dari Raja Tarumanagara ke VIII, Prabu Kertawarman, dari hasil perkawinannya dengan gadis desa, putri seorang pencari kayu bakar di daerah hutan Sancang (Selatan Garut).
Makna Gelar Rakeyan Gelar Rakeyan merupakan gelar bangsawan dalam kerajaan Sunda, yang setara dengan pangeran tetapi belum bisa dikategorikan sebagai putra mahkota.Gelar ini menunjukkan status tinggi dalam hierarki kerajaan namun tetap berbeda dari pewaris takhta langsung.
Peran Rakeyan Sancang dalam Penyebaran Islam di Tatar Sunda Kisah Rakeyan Sancang ini menunjukkan bahwa Islam telah masuk ke tatar Sunda, khususnya Garut, lebih awal dibandingkan daerah-daerah lain di Nusantara.
Berdasarkan masa berkuasanya Kertawarman di kerajaan Tarumanagara dan keberadaan Rakeyan Sancang, dapat disimpulkan bahwa peristiwa ini terjadi bersamaan dengan masa kenabian Rasulullah SAW dan kekhalifahan Sayidina Ali bin Abi Thalib RA.
Informasi ini menambah wawasan kita mengenai sejarah penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di tanah Sunda. Rakeyan Sancang tidak hanya menjadi simbol perlawanan dan kekuatan spiritual, tetapi juga tokoh yang berperan penting dalam sejarah interaksi antara Nusantara dan dunia Islam.
Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH