Jejak Sejarah Ki Patih Waringin

Cirebon. SUARARADARCAKRABUANA.COM – Ki Patih Waringin, merupakan salah satu leluhur yang menjadi bagian dari sejarah berdirinya Desa Suranenggala atau yang dikenal dengan sebutan Bedulan.

Makam Ki Patih Waringin, kini berada di komplek pemakaman yang berada di Desa Suranenggala Kidul, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon.

Komplek pemakaman yang berjarak sekitar 100 meter dari jalan utama, kini menjadi salah satu situs sejarah di Desa Suranenggala Kidul.

Seluruh Warga dari Desa Suranenggala, Desa Suranenggala Kidul, Lor, dan Kulon, kompak bersatu mengunjungi makam Ki Patih Waringin.

Mengenakan pakaian serba hitam, para tokoh dan seluruh lapisan masyarakat Suranenggala, datang untuk berkunjung makam Ki Buyut Patih Waringin, yang terbungkus dalam suatu tradisi.

Ki Patih Waringin sendiri, merupakan gelar yang diberikan Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati.

Sebelum bergelar Ki Patih Waringin, nama aslinya adalah Raden Johar. Seorang pemuda gagah, putra dari pasangan Sultan Matangaji dengan Nyi Mas Ayu Ratu Banowati.

Menjadi bagian dari sejarah Desa Suranenggala atau Bedulan, diawali dengan mempersunting Dewi Pulunggana.

Dewi Pulunggana adalah putri dari Nyi Mas Baduran, sosok yang pertama kali membuka hutan rimba, untuk dijadikan tempat singgah yang sekarang bernama Suranenggala atau Bedulan.

Sama seperti ibunya, Dewi Pulunggana diceritakan memiliki paras cantik dan ilmu kesaktian tinggi, sebagai wanita cantik, tentu saja banyak lelaki atau Ki Gede yang berhasrat mempersunting dirinya sebagai istri.

Dewi Pulunggana bersedia mengakhiri masa lajangnya, apabila ada Ki Gede atau Gegeden yang sanggup memenuhi persyaratannya. Calon suaminya itu harus bisa menanam pohon beringin, namun pohon tersebut harus sudah berbuah dalam sehari.

Kisah tersebut mirip dengan cerita Sangkuring, diminta membuat perahu oleh Dayang Sumbi, dalam satu malam harus sudah jadi.

Diceritakan lebih lanjut, persyaratan tersebut banyak diikuti oleh beberapa Ki Gede yang kepincut dengan kecantikan Dewi Pulunggana.

Mereka mencoba menanam pohon beringin, yang dalam satu hari sudah bisa berbuah. Tapi tidak seorang pun yang berhasil. Kecuali seorang pemuda yang bernama Raden Johar, dirinya mampu memenuhi syarat yang diminta calon istrinya itu.

Disaksikan oleh Sunan Gunung Jati dan para Gegeden lainnya, Raden Johar berhasil menanam pohon beringin yang sebelum sehari sudah berbuah. Karena penasaran dengan kesaktian Raden Johar, Dewi Pulunggana kemudian menantangnya untuk beradu tanding.

Ternyata Dewi Pulunggana harus mengakui kehebatan ilmu yang dimiliki putra dari Sultan Matangaji tersebut. Dewi Pulunggana pun bersedia jadi pendamping hidup Raden Johar. Mereka berdua akhirnya dinikahkan.

Pernikahan keduanya yang sama-sama memiliki ilmu kesaktian itu, dilaksanakan di Keraton Kesultanan Cirebon.

Setelah resmi menikah dengan Dewi Pulunggana, Raden Johar diangkat menjadi Patih Agung Kesultanan Cirebon oleh Sunan Gunung jati yang kemudian bergelar Ki Patih Waringin.

Mereka berdua kemudian meneruskan mengelola wilayah Bedulan yang merupakan warisan dari Nyi Mas Baduran.

 

 

Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *