Kebo Anabrang Pahlawan Pemersatu Nusantara Terlupakan

Artikel. suararadarcakrabuana.com – Melacak jejak bersatunya kepulauan Nusantara maka tidak bisa dilepaskan dengan sosok pahlawan agung yang bernama Kebo Anabrang. Tokoh ini tercatat sebagai salah satu tokoh penting dalam upaya penyatuan gugusan pulau Pulau di Nusantara pada periode awal.

Kebo Anabrang atau Lembu Anabrang atau disebut dengan nama Mahesa Anabrang adalah seorang tokoh yang legendaris sejak jaman Kerajaan Singhosari hingga Majapahit. Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan Kebo Anabrang adalah kerabat Prabu Kertanegara

Setidaknya menurut piagam jawa kuno dalam pahatan tempat arca Amoghapasa berangka tahun 1286 menyebutkan Mahesa Anabrang telah mengawal Mahamentri Adwaya Brahman yang merupakan kerabat Raja Kertanagara yang terdapat hubungan kekerabatan dekat dengan Putri Gayatri yang merupakan putri bungsu Kertanagara istri dari Raden Wijaya.

Dalam versi lain menyebutkan jika Kebo Anabrang juga masih berkerabat dengan Lembu Sora dan Ronggolawe. Kebo Anabrang disebut sebagai salah satu anak turun dari Ki Ageng Papringan dari Tuban yang memiliki anak bernama Ki Ageng Lanang Jaya yang memiliki dua orang putri yaitu Nyai Ageng Lanang Jaya menurunkan Ronggolawe dan Nyai Ageng Ngeso menurunkan Kebo Anabrang.

Semantara disisi lain disebutkan jika Lembu Sora adalah paman dari Ronggolawe. Kemudian oleh sejarawan lain menyebut jika usia antara Lembu Sora dengan Kebo Anabrang adalah sepantaran. Bertolak dari puzle tersebut patut diduga antara Kebo Anabrang sendiri dengan Lembu Sora dan Ronggolawe masih ada pertautan kekerabatan yang cukup dekat

Kebo Anabrang disebutkan sebagai salah satu pejabat penting di Kerajaan Singhosari pada era Prabu Kertanegara. Kerajaan Singhosari atau Tumapel adalah Kerajaan embrio Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok sebagai raja pertama dan Kertanegara sebagai raja terakhir selama rentang waktu 70 tahun dari tahun 1222 – 1292.

Kerajaan Singhosari telah dipimpin 4 raja yaitu Ken Arokda/ Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi (1222–1227), Bathara Anusapati (1227–1248), Wisnuwardhana/ Sri Jayawisnuwarddhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana Kulama Dhumardana Kamaleksana (1248–1268) dan Kertanegara/ Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama Dharmmottunggadewa (1268–1292).

Kertanegara sebagai raja terakhir namun sempat membawa masa kejayaan Singhosari. Dibawah pemerintahannya pada tahun 1275 Singhosari mengirim pasukan untuk menaklukkan Kerajaan Dharmasraya di Pulau Sumatra. Pengiriman pasukan ini terkenal dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu.

Dalam Kidung Panji Wijayakrama disebutkan pemimpin ekspedisi Pamalayu adalah Mahisa Anabrang, yang artinya ialah kerbau yang menyeberang. Ekspedisi ini adalah implementasi dari visi untuk menyatukan kepulauan di Nusantara yang bertujuan untuk menjalin persatuan guna menghadang hegomoni cina daratan dan mongol yang sudah memiliki pengaruh kuat dikawasan Asia Tenggara.

Dikisahkan ketika berangkat ke Malayu, Kebo Anabrang usianya sekitar 25 tahun. Jasa besar dan kepahlawananya termuat dalam prasasati Kudadu dan Penangungan. Kebo Anabrang dianggap sebagai pahlawan besar Singhasari yang berhasil memimpin penaklukkan Malayu.

Menurut kitab Nagarakretagama menyebutkan Ekspedisi Pamalayu sebenarnya untuk menundukkan Melayu secara baik-baik. Namun, tujuan tersebut mengalami perubahan karena raja Swarnnabhumi ternyata melakukan perlawanan. Meskipun demikian, pasukan Singhasari tetap berhasil memperoleh kemenangan tanpa melalui operasi militer yang besar besaran.

Kawasan Melayu menjadi sasaran operasi militer Singhosari sebab Melayu sebelumnya yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut Prasasti Tanyore pengaruh Sriwijaya menjadi redub karena adanya serangan dari pasukan Rajendra Chola dari Koromandel, India sekitar tahun 1025, dalam serangan tersebut berhasil menaklukan dan menawan raja dari Sriwijaya.

Sementara dalam dalam Prasasti Grahi tahun 1183 menyebutkan kawasan melayu bangkit dibawah kepemimpinan pimpinan Srimat Trailokyabhusana Mauli Warmadewa. Hal serupa juga termuat dalam Prasasti Kedukan Bukit tentang kemunculan Dharmasraya mengantikan peran Sriwijaya sebagai penguasa pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya.

Kebo Anabrang selaku pimpinan ekspedisi pamalayu telah berhasil menjalankan tugasnya secara gemilang yang ditandai dengan pengiriman arca Amoghapasa dari Singhosari ke Melayu pada tahun 1286. Menurut Prasasti Padangroco menyebutkan bahwa arca Amoghapasa diberangkatkan dari Jawa menuju Sumatra dengan diiringgi 14 punggawa dan pejabat penting Singhosari di antaranya ialah Rakryan Mahamantri Dyah Adwayabrahma, Rakryan Sirikan Dyah Sugatabrahma, Payaman Hyang Dipangkaradasa dan Rakryan Demung Mpu Wira.

Dalam tempat pahatan Arca Amoghapasa menyebutkan bahwa arca tersebut adalah hadiah persahabatan dari Maharajadhiraja Kertanagara untuk Maharaja Tribhuwanaraja. Dari pencantuman gelar yang dipakai dapat dimaknai jika Singhosari telah menjadi atasan Dharmasraya. Hal ini diperkuat dengan fakta setelah menerima arca tersebut, Raja Melayu kemudian menghadiahkan dua putrinya, Dara Jingga dan Dara Petak, untuk dinikahkan dengan Prabu Kertanagara di Singhosari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *