Kisah Jejak Laksamana Cheng Ho Di Cirebon Dan Semarang

Artikel. suararadarcakrabuana.com- Semarang dan Cirebon sama-sama merupakan Kota Pelabuhan yang berkembang setelah pelayaran Cheng Ho ke Barat.

Kronik Semarang terutama mencatat sejarah masyarakat Tionghoa di Semarang pada tahun 1403 hingga 1546 M, dan Kronik Cirebon terutama mencatat sejarah masyarakat Tionghoa di Cirebon pada tahun 1415 hingga 1585 M. Tahun 1413 M merupakan pelayaran keempat Cheng Ho ke Barat.

Dalam Kronik Melayu Semarang dan Cirebon dicatat: Pada tahun itu, armada Dinasti Ming berlabuh di Semarang selama sebulan untuk memperbaiki armadanya. Zheng He dan atase lainnya seperti Ma Huan , Fei Xin, dll. sering pergi ke tempat berkumpulnya Tionghoa di Semarang.

Konon Kelenteng Sanbao di Semarang dibangun oleh “kasim Sanbao dan pengiringnya. Catatan tersebut juga mencatat bahwa ketika Zheng He meninggal dunia pada tahun 1431 (seharusnya tahun 1433—catatan citer), komunitas Tionghoa di Semarang mengadakan upacara pemakaman untuknya.

Padahal, Kronik Melayu Semarang dan Cirebon kaya akan isi dan menjadi sumber informasi berharga tentang kehidupan sosial dan perkembangan Pulau Jawa. Tercatat pada periode 1411 hingga 1416 M, Antjol, Tjirebon, Lasem, Tuban, dan Jinshi di dekat Jakarta saat ini di pulau Jawa. Jelas sekali, inilah arah sebenarnya dari imigrasi dan perkembangan kota pelabuhan.

Kronik Melayu Semarang dan Cirebon bagian Cirebon mencatat, komunitas Tionghoa pertama di Cirebon (Tjeribon) didirikan di Gunung Djati pada tahun 1415 Masehi. Kung Wu Ping, keturunan Konfusius, mendirikan mercusuar di Gunung Jati. Ia juga mendirikan desa-desa Tionghoa di dekat Senmeng, Salingdi dan Dalang.

Saringdi diperintahkan menyediakan kayu jati untuk hiasan perahu kayu, Dalang bertugas mengelola dan memperbaiki dermaga pelabuhan dan Desa,Sambong bertanggung jawab khusus dalam pengelolaan mercusuar. Ketiga desa Tiongkok tersebut bertanggung jawab menyediakan berbagai perbekalan militer dan makanan untuk armada Dinasti Ming.

Saat itu Cirebon berpenduduk jarang namun tanahnya sangat subur karena terletak di kaki gunung berapi Tjeremai. Hal ini dengan jelas mencatat kedatangan Cheng Ho di Cirebon dalam perjalanannya ke Barat. Orang Tionghoa setempat bekerja sama erat dan membantu menyediakan berbagai perbekalan militer. Tercatat pula, Cirebon saat itu masih berpenduduk jarang dan masih dalam tahap awal pembangunan.

Menurut “Cambridge History of Southeast Asia”

 

Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *