Kisah Legenda Maung Panjalu

Artikel. suararadarcakrabuana.com – Legenda Maung Panjalu adalah Harimau Jelmaan Cucu Kembar Prabu Siliwangi Menjadi Penjaga Pajajaran dan Majapahit

Maung Panjalu merupakan legenda dua cucu kembar Prabu Siliwangi yang menjelma menjadi harimau karena melanggar larangan. Maung Panjalu memiliki ikatan dengan Warga Panjalu, Ciamis, Jawa Barat.

Menurut legenda, harimau tersebut pernah diselamatkan oleh Raja Panjalu. Sehingga harimau tersebut berjanji akan melindungi semua warga keturunan Panjalu, sebagai bentuk terima kasih kepada Raja Panjalu yang telah menyelamatkannya. Sebelum mengulas tentang menjelma menjadi harimau, pada edisi Legenda Maung Panjalu (1).

kedua cucu Prabu Siliwangi ingin bertemu dengan ayah mereka yang merupakan Keturunan dari Kerajaan Majapahit. Namun dalam perjalannya, kedua cucu Prabu Siliwangi itu yang bernama Bongbang Larang dan Bongbang Kancana tiba di sebuah hutan belantara di kaki Gunung Sawal (sekarang Ciamis).

Jelmaan Cucu Kembar Prabu Siliwangi yang Berkelana Mencari Ayahnya Di hutan tersebut, Bongbang Larang mengalami musibah, kepalanya tertutup oleh pendil yang merupakan wadah ari-ari mereka ketika lahir. Bongbang Larang bisa diselamatkan oleh Aki Garahang, dengan cara pendil tersebut dibelah menjadi dua.

Pendil yang terbelah dua itu, kemudian membentuk sebuah saluran air yang diberi nama Cipangbuangan, dan satunya lagi menjadi kolam yang dinamakan Pangbuangan. Sejak saat itu, Bongbang Larang dan Bongbang Kancana tinggal bersama Aki Garahang di padepokan untuk mengabdi sebagai bentuk terima kasih.

Pada suatu hari, Aki Garahang hendak berpergian untuk sebuah keperluan, sebelum pergi, Aki Garahang berpesan agar kedua anak tersebut tidak mendekati Kolam Pangbuangan.

Namun larangan itu tak diindahkan oleh kedua anak kembar itu, setelah Aki Garahang pergi, keduanya tak bisa menahan diri untuk mendatangi kolam terlarang itu. Kemudian Bongbang Larang dan Bongbang Kancana mendekati Kolam Pangbuangan tersebut yang ternyata sangat indah, di dalamnya dipenuhi ikan berwarna-warni.

Melihat keindahan itu, Bongbang Larang tak sabar untuk segera menceburkan diri ke dalam kulah itu, sementara sang adik hanya membasuh kedua tangan dan wajah sambil merendamkan kedua kakinya. Saat naik ke darat, Bongbang Larang terkejut melihat wajah dan seluruh tubuhnya telah ditumbuhi bulu lebat seperti seekor harimau demikian juga dengan Bongbang Kancana.

Keduanya kemudian berubah menjadi dua ekor harimau kembar jantan dan betina. Ketika Aki Garahang pulang dan mendapati dua ekor harimau di padepokannya, dirinya terkejut dan hampir saja membunuh kedua harimau itu.

Aki Garahang berpikiran jika kedua harimau tersebut telah memangsa Bongbang Larang dan Bongbang Kancana. Namun kemudian, Aki Garahang menyadari jika kedua harimau itu adalah jelmaan dari Bongbang Larang dan Bongbang Kancana yang melanggar titahnya. Aki Garahang tidak bisa berbuat apa-apa, dirinya berpendapat bahwa kejadian itu sudah menjadi kehendak yang kuasa.

Aki Garahang kemudian menasehati kedua harimau itu, dan berpesan agar mereka tidak mengganggu orang Panjalu beserta hewan peliharaannya. Jika larangan kedua ini mereka langgar kembali, maka akan mendapat kutukan dari Aki Garahang.

Kedua anak harimau itu kemudian berjalan tak tentu arah hingga sampai di Cipanjalu yang merupakan kebun milik Keraton Panjalu. Kebun tersebut ditanami aneka sayuran dan buah-buahan, di bagian hilirnya terdapat pancuran tempat pemandian keluarga Kerajaan.

Ketika sedang berjalan di kebun tersebut, kaki mereka tak sengaja terjerat oleh tanaman yang merambat sejenis paria oyong sehingga jatuh ke dalam saluran air menutupi saluran air.

Akibat lubang saluran air tertutup oleh dua harimau itu, aliran air ke pemandian di bagian hilir jadi tersumbat. Keesokan harinya Prabu Sanghyang Cakradewa yang merupakan Raja Panjalu, heran ketika melihat pancuran di pemandiannya tidak mengeluarkan air. Ketika diperiksa, Prabu Sanghyang Cakradewa sangat terkejut melihat ada dua harimau yang menyumbat saluran air.

Hampir saja kedua harimau itu dibunuh oleh sang Prabu karena khawatir akan membahayakan masyarakat. Namun setelah mengetahui bahwa keduanya adalah harimau jelmaan cucu Kerajaan Pajajaran, ia pun kemudian menyelamatkan keduanya.

Sebagai tanda terima kasih, kedua harimau itu bersumpah di hadapan sang Prabu tidak akan mengganggu warga Panjalu dan keturunannya. Bahkan, mereka berjanji bila diperlukan akan datang menolong dan melindungi warga Panjalu yang berada dalam kesulitan.

Selanjutnya kedua harimau kembar itu melanjutkan perjalanan hingga tiba di Keraton Majapahit di mana sang ayah, Pangeran Gajah Wulung, telah menduduki tahta sebagai raja.

Pangeran Gajah Wulung sangat terharu dengan kisah perjalanan kedua putra-putri kembarnya yang sudah berubah menjadi harimau. Pangeran Gajah Wulung kemudian memerintahkan Bongbang Larang untuk menjadi penjaga di Keraton Pajajaran, sedangkan Bongbang Kancana diberi tugas untuk menjaga Keraton Majapahit.

Pada waktu-waktu tertentu kedua saudara kembar ini diperbolehkan untuk saling menjenguk.

👉Sumber Artikel Sejarah Nusantara

Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *