Kisah Nyata Sejarah Perang Parereg

darcakrabuna.com – Pada akhir abad ke-14, Majapahit berada di puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Namun, ketika raja besar ini wafat pada tahun 1389, bayangan gelap mulai menyelimuti kerajaan yang megah ini. Pertikaian mengenai siapa yang berhak menduduki takhta segera pecah. Kusumawardhani, putri dari Hayam Wuruk, bersama suaminya Wikramawardhana, naik ke takhta. Namun, di sudut timur kerajaan, seorang pangeran dengan ambisi besar, Wirabhumi, putra dari selir Hayam Wuruk, merasa dirinyalah yang berhak atas mahkota tersebut.

Tahun 1404, api pemberontakan berkobar. Wirabhumi, dengan tekad baja dan pasukan setia di belakangnya, mengumumkan dirinya sebagai raja sah. Dia mengumpulkan kekuatan di Blambangan, Jawa Timur, dan mulai melancarkan serangan terhadap wilayah yang dikuasai oleh Wikramawardhana. Gendang perang di tabuh, membawa gema peperangan yang mengguncang tanah Majapahit.

Pertempuran besar terjadi pada tahun 1405. Di satu sisi, pasukan Wirabhumi bergerak dengan penuh semangat, meraih beberapa kemenangan awal yang mengejutkan. Namun, pasukan Wikramawardhana, yang lebih terlatih dan berjumlah lebih besar, tidak tinggal diam. Dengan strategi dan keberanian, mereka melancarkan serangan balasan. Pertempuran demi pertempuran terjadi di seluruh penjuru kerajaan. Tanah Majapahit memerah oleh darah para prajurit yang gugur.

Di medan perang yang berkabut oleh asap dan darah, kedua belah pihak berjuang mati-matian. Kisah-kisah heroik dan tragis terukir di setiap sudut, dari prajurit biasa hingga panglima perang yang gagah berani.

Pada tahun 1406, perang mencapai klimaks nya. Pasukan Wikramawardhana berhasil mengepung benteng utama Wirabhumi. Dalam pertempuran terakhir yang penuh ketegangan, Wirabhumi tertangkap. Nasibnya tragis; dia dihukum mati oleh musuhnya. Dengan kematiannya, berakhirlah Perang Paregreg. Namun, kemenangan ini datang dengan harga yang mahal. Kerajaan Majapahit yang dahulu perkasa kini terpuruk dalam kehancuran dan kelemahan.

Perang Paregreg meninggalkan bekas yang dalam. Kerusakan di mana-mana, ekonomi hancur, dan politik kerajaan kacau balau. Banyak wilayah yang dulunya setia mulai memberontak atau mencari kemerdekaan. Majapahit yang dulu megah dan kuat, kini terpecah-belah, merintih dalam bayang-bayang kejayaan yang mulai memudar.

Namun, dari abu kehancuran ini, tersisa pelajaran berharga. Perang Paregreg mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan kestabilan. Sebuah kerajaan, seberapa besar pun, dapat runtuh oleh perpecahan internal. Sejarah ini menjadi saksi bisu tentang ambisi, pengkhianatan, dan perjuangan untuk kekuasaan yang dapat menghancurkan segala yang dibangun dengan susah payah.

Majapahit, meskipun akhirnya bangkit kembali dalam beberapa bentuk, tidak pernah sepenuhnya pulih dari luka yang ditorehkan oleh Perang Paregreg. Ini adalah kisah yang mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati sebuah kerajaan terletak pada persatuan dan kesetiaan, bukan hanya pada kehebatan militernya.

Penulis Redaksi Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *