Kisah Pelarian Pangeran Danu Ningrat

Artikel. suararadarcakrabuana.com – Pangeran Danuningrat semakin jauh dari kutharaja ke arah barat dengan diiringi oleh 300 jagabela Blambangan melewati padukuhan Gagenteng dengan meninggalkan kereta kencananya di sana, kemudian menuju lereng pegunungan Padang Alun( saat ini gunung Gumitir ) lalu beristirahat di pedhukuhan Mrawan, disana beliau bertemu dengan Patih Bagus Sutanegara dan seorang anak yang bernama Jaka Pakis( cucu Bagus Puri dengan Mas Ayu Pradah ).

Pangeran Danuningrat masih bingung akan pergi kemana bersama rombongan sebesar itu, lalu Patih Bagus Sutanegara mengusul kan untuk pergi meminta bantuan kepada Tumenggung Wirabrata adipati Senthong. Mulanya Pangeran Danuningrat menolak, karena beliau merasa malu akibat tidak membantu Senthong dalam menghadapi pergolakan di Demong.

kemudian Demong berhasil di ambil oleh Banger dan diganti nama menjadi Besuki. Tetapi bagi Pangeran Danuningrat tidak ada lagi pilihan selain pergi ke Senthong, bagaimanapun juga Senthong masih dibawah pemerintahan raja Blambangan sekaligus besan Prabu Agung Danuningrat karena puterinya yaitu Sayu Tunjungningrat menikah dengan putera Adipati Senthong Wirabrata bernama Mas Bima Kroda.

Rombongan Pangeran Danuningrat segera menuju Senthong dengan memutari Gunung Bayu di barat dan tiba di Paluh Amba, disana mereka bertemu dengan Mas Bima Kroda dan bersama-sama menuju Senthong.
Di Senthong mereka semua diterima dengan baik oleh Adipati Wirabrata dan seluruh abdi dalem kadipaten Senthong.

Mulanya Pangeran Mas Anom Sutajiwa mengusulkan untuk menghimpun kekuatan di Senthong dan meminta bantuan Besuki dan Banger untuk menggempur pasukan Pangeran Agung Wilis yang saat ini menguasai kedhaton Blambangan, tetapi usulan itu di tolak oleh patih Bagus Sutanegara dan Pangeran Danuningrat karena dianggap tidak menghargai Adipati Wirabrata yang dulu pernah bermusuhan dengan Besuki dan Banger, tetapi dengan berdiam diri di Senthong juga tidak menghasilkan apa-apa karena pasukan Pangeran Agung Wilis akan mengejar mereka ke Senthong juga.

Mas Anom Sutajiwa segera menulis surat ke Tumenggung Jaya Lelana II di Banger dengan mengutus Bagus Singayudha ke Banger, ternyata di Banger Mas Bagus Tepasana telah tiba terlebih dahulu dan menceritakan kejadian di kedhaton Manik Lingga Blambangan.

Tumenggung Jaya Lelana II segera mengajak Bagus Singa Yudha dan Mas Bagus Tepa Sana ke loji Pasuruhan bertemu dengan Kapten FC. Hogewitz dan mengijinkan nya menyeberang ke Madura menemui Panembahan Cakra Ningrat V, disana Bagus Singa Yudha dan Mas Bagus Tepasana membuat kesepakatan tanpa persetujan dengan Prabu Danuningrat dan menyarankan raja Blambangan tersebut meminta bantuan kepada VOC-Belanda menemui Gezaghebber Hendrik Breton gubernur jendral di Surabaya dengan syarat menyerahkan kerajaan Blambangan dan Lamajang.

Gezhagebber Hendrik Breton segera menulis surat untuk Gubernur Jenderal VOC di Semarang W.H. Van Ossenberch dan petinggi VOC di Batavia bahwa raja Blambangan meminta bantuan VOC-Belanda untuk mengusir pasukan Agung Wilis beserta koloninya dari Mengwi yang menguasai kedhaton Manik Lingga dengan imbalan penyerahan kekuasaan Blambangan dan wilayah Lamajang kepada VOC-Belanda.

Sumber sejarah : Babad Blambangan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *