Perjuangan Raden Merebut Sunda Kelapa

Artikel. Suararadarcakrabuana.com – Pada awal abad ke-16, Kesultanan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah tumbuh menjadi kekuatan utama di Jawa. Namun, ancaman datang dari armada Portugis yang semakin memperluas pengaruhnya di Nusantara. Mereka menguasai Malaka dan mengincar Sunda Kelapa, sebuah pelabuhan strategis yang kini dikenal sebagai Jakarta.

Raden Patah melihat ancaman tersebut sebagai bahaya nyata bagi kedaulatan Jawa dan  memutuskan untuk bertindak merencanakan penyerangan Di tengah suasana tegang di istana Demak, Raden Patah memanggil panglima perang terhebatnya, Fatahillah, yang juga dikenal sebagai Falatehan. Dengan sorot mata penuh tekad.

“Kita harus mengusir mereka dari tanah kita. Sunda Kelapa harus kembali menjadi milik kita, dan kita akan menamainya Jayakarta, Kota kemenangan.”

Fatahillah mengangguk penuh hormat, memahami betapa pentingnya misi ini. Ia mulai mempersiapkan armada dan pasukan, menggalang kekuatan dari berbagai daerah yang setia kepada Demak. Para prajurit, dengan semangat yang membara, mengasah senjata dan mempersiapkan peralatan perang.

Pada suatu pagi yang cerah, armada besar Demak berlayar menuju Sunda Kelapa. Laut Jawa yang biru dipenuhi kapal-kapal yang membawa harapan dan semangat juang. Fatahillah berdiri di atas dek utama, mengawasi lautan dengan tatapan tajam. Di kejauhan, terlihatlah benteng pertahanan Portugis yang kokoh.

“Ini adalah momen kita, Demi tanah air, demi kedaulatan kita, kita akan merebut kembali kota ini.” Ucap Raden Fatah

Pertempuran sengit pecah dengan gemuruh yang mengguncang. Kapal-kapal Demak mendekati pelabuhan Sunda Kelapa, sementara meriam-meriam Portugis mulai menyalak. Pasukan Demak, dengan semangat tak tergoyahkan, menyerbu benteng pertahanan musuh. Di bawah komando Fatahillah, mereka bertempur dengan keberanian luar biasa.

Di tengah kepulan asap dan suara dentuman, Fatahillah memimpin pasukan infanteri menembus barisan pertahanan Portugis. Dengan pedang terhunus, ia menginspirasi para prajurit untuk terus maju. “Untuk Demak! Untuk Jayakarta!” seru Fatahillah, dan teriakan itu menggema di seluruh medan pertempuran.

Setelah berjam-jam pertempuran sengit, pasukan Demak berhasil menguasai benteng utama Portugis. Bendera Demak berkibar di puncak benteng, dan Sunda Kelapa berhasil direbut. Kemenangan ini adalah simbol dari perlawanan yang gigih dan kecerdikan strategi militer Fatahillah.

Dengan penuh kebanggaan, Fatahillah mengumumkan kepada seluruh pasukan, “Mulai hari ini, kota ini kita namai Jayakarta, Kota Kemenangan!” Sorak-sorai kemenangan bergema, dan semangat juang semakin berkobar di hati setiap prajurit.

Kemenangan di Sunda Kelapa menandai awal dari serangkaian pertempuran untuk mengusir Portugis dari Nusantara. Meskipun Raden Patah tidak menyaksikan sendiri kemenangan ini, perjuangannya menjadi fondasi kuat bagi generasi berikutnya. Fatahillah dan para pejuang Demak menjadi legenda, inspirasi bagi perlawanan melawan penjajah.

Kisah penyerangan ke Sunda Kelapa adalah babak heroik dalam sejarah Indonesia. Dengan keberanian, kecerdasan, dan semangat juang yang tinggi, Raden Patah dan Fatahillah menunjukkan bahwa kedaulatan dan kemerdekaan adalah hak yang harus diperjuangkan dengan segala daya upaya. Kemenangan ini bukan hanya kemenangan militer, tetapi juga kemenangan semangat dan keyakinan akan masa depan yang bebas dari penindasan.

 

Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *