Ratu Kencono Wungu Pemimpin Perempuan Terakhir Di Majapahit

 

artikel. suararadarcakrabuana.com – Sepanjang sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit, terdapat dua pemimpin perempuan. Salah satunya adalah Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350), putri dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.Selain Tribhuwana Tunggadewi, pada akhir kekuasaan Majapahit, terdapat satu perempuan yang kembali menempati posisi ratu, yaitu Dyah Suhita atau Ratu Kencono Wungu. Ratu Kencono Wungu pun menjadi pemimpin perempuan terakhir di Kerajaan Majapahit.

Menurut NJ Krom, Ratu Suhita atau Dyah Suhita merupakan putri dari Bhre Wirabhumi. Hal ini berbeda dengan Kitab Pararaton, yang menjelaskan bahwa Dyah Suhita merupakan cucu dari Bhre Wirabhumi. Pendapat lain menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan putri penguasa kelima Majapahit, Wikramawardhana (1389-1429), dari selirnya.

Ada juga yang menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan anak dari Wikramawardhana dengan Kusumawardhani. Sedangkan pendapat paling kuat menjelaskan bahwa Dyah Suhita adalah anak dari Wikramawardhana, yang memperistri putri kakak ipar sekaligus musuhnya. Terlepas dari perbedaan pendapat terkait asal-usulnya, Dyah Suhita merupakan putri yang menikah dengan Aji Ratnapangkaja.

Aji Ratnapangkaja adalah salah satu pimpinan militer yang turut berperan dalam Perang Paregreg (1404-1406) melawan Bhre Wirabhumi dari Blambangan.

Setelah Bhre Wirabhumi kalah dalam Perang Paregreg dan terbunuh pada 1406, Wikramawardhana memimpin Majapahit hingga 1429. Sepeninggal Wikramawardhana, terjadi kebingungan siapa yang berhak memimpin Kerajaan Majapahit.

Dalam Kitab Pararaton, disebutkan bahwa Wikramawardhana sempat menunjuk anaknya dari Kusumawardhani, yakni Rajakusuma atau Hyang Wekasing Putra, sebagai penerusnya. Namun, Hyang Wekasing Putra mati muda. Begitu pula dengan putra Wikramawardhana dari selirnya, Bhre Tumapel, yang juga meninggal. Keturunan Wikramawardhana hanya tersisa Dyah Suhita dan Bhre Kertawijaya, yang sama-sama dari selir.

Akhirnya, Dyah Suhita ditunjuk sebagai pemimpin Majapahit karena lebih tua dari Bhre Kertawijaya. Dyah Suhita dilantik menjadi Ratu Majapahit pada 1429. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Dyah Suhita merupakan orang yang sama dengan Ratu Kencana Wungu.

Bersama suaminya, Aji Ratnapangkaja, yang bergelar Bhatara Parameswara, Dyah Suhita memerintah Majapahit dari 1429 hingga 1447. Selama memimpin Kerajaan Majapahit, Dyah Suhita kembali menghidupkan kearifan lokal yang terabaikan karena polemik politik. Selain itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa di era Dyah Suhita, kekuasaan atas Nusantara secara berangsur-angsur kembali ke Majapahit.

Dyah Suhita juga mendirikan bangunan pemujaan di berbagai lereng gunung sebagai punden berundak, seperti di Gunung Penanggungan, Gunung Lawu, dan lain sebagainya.

Dyah Suhita menjadi Ratu Majapahit selama 18 tahun, hingga meninggal pada 1447. Sementara suaminya, Aji Ratnapangkaja, meninggal 10 tahun sebelumnya, yakni pada 1437.

Sepeninggal Dyah Suhita, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh adiknya, Bhre Kertawijaya atau dikenal dengan Brawijaya. Hal itu karena Dyah Suhita dan Aji Ratnapangkaja tidak dikaruniai anak. Dyah Suhita menjadi perempuan kedua dan terakhir yang memimpin Majapahit, setelah sebelumnya Tribhuwana Tunggadewi memerintah dari 1328 hingga 1350.

 

Penulis Refaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *