Sejarah Peteng Perlahan Kini Mulai Terungkap

Cirebon. suararadarcakrabuana.com – Polemik di  Keraton Kasepuhan membuat “Sejarah Peteng” perlahan terungkap. Data terbaru, ahli naskah kuno, Muhamad Mukhtar Zaedin menyebutkan, jika Ki Muda yang sering diinformasikan sebagai paman dari  Pangeran Matangaji atau Sultan Sepuh V membunuh Pangeran Matangaji karena propaganda pihak Belanda adalah salah.

” Di masyarakat memang ada yang mengatakan jika Pangeran Matangaji dibunuh Ki Muda. “Namun, jika ditanya sumbernya dari mana yang menyebutkan Ki Muda membunuh Matangaji, mereka tidak bisa mengatakan dari mana,” ujar Mukhtar, ketika dikonfirmasi awak  media.

Peristiwa dibunuhnya Matangaji oleh Ki Muda kemungkinan sengaja dibuat oleh pihak Belanda dengan tujuan untuk semakin memperparah kondisi Cirebon.

“Dengan melemahnya Cirebon ini, kekuasaan mereka makin langgeng,” katanya.

Dalam naskah  kuno yang menyebutkan jika Pangeran Matangaji sebetulnya tidak dibunuh Ki Muda adalah naskah Keraton Kaprabonan dan pernah dicetak oleh Perpustakaan Nasional.

“Dalam naskah ini disebutkan jika Ki Muda dan Matangaji itu adik kakak tapi beda ibu. Kemudian, naskah lainnya yang menyebutkan soal Matangaji bukan dibunuh oleh Ki Muda juga ada di naskah Keraton Kacirebon dan naskah Mertasinga. Seluruh naskah ini tidak ada yang menjelaskan Ki Muda membunuh Matangaji,” ujarnya.

Dengan masih terhubungnya Ki Muda dan Matangaji sebagai adik kakak, maka trah Sunan Gunung Jati tidak terputus di Ki Muda sebagai Sultan Sepuh VI. Menurut Mukhtar, berdasarkan naskah-naskah tersebut, Matangaji wafat karena dihukum atas kesalahan yang diperbuatnya.

“Kronologisnya, Matangaji mengamalkan ilmu mahayakti. Dulu, yang bisa mengamalkan ilmu ini adalah Sunan Bonang dan Sunan Gunung Jati. Karena mengamalkan ilmu ini, wilayah yang ia urus di mana ia duduk sebagai Sultan Sepuh V tidak terurus,” katanya. Berdasarkan naskah Mertasinga.

Menurutnya, kondisi Matangaji hingga sampai gila dan kemudian membunuh para abdi dalemnya.

“Keluarga korban mungkin tidak terima, dan mengajukan ke pengadilan yang saat itu disebut Jaksa Tujuh. Kemudian Matangaji diadili dan dinyatakan bersalah dan berdasarkan keputusan itu Matangaji dihukum mati. Namun disebutkan dalam naskah ini jika Matangaji mati syahid karena meninggal untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” ujar Mukhtar.

Ia juga menyebutkan jika Ki Muda sudah diangkat sebagai Sultan Sepuh VI jauh sebelum Matangaji dihukum mati.

“Pergantian itu dilakukan atas desakan warga,” katanya.

Sebelumnya, pihak yang mengungkapkan jika Matangaji dibunuh Ki Muda adalah Filolog Almarhum Raffan S Hasyim atau akrab disapa Opan. Menurut Mukhtar, ia sudah pernah berkomunikasi dengan amarhum Opan atas perbedaan pandangan terkait sejarah Matangaji tersebut.

“Namun masing-masing berpegangan kepada data yang dipegang. Tidak apa-apa, masing-masing memiliki pendapat,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, Pustakawan Cirebon, Farihin mengungkapkan, berdasarkan kajian, sultan sepuh Keraton Kasepuhan sebetulnya sudah terputus di Sultan Sepuh V Tajul Arifin Muhammad Sapiudin (Sultan Matangaji). Sultan Matangaji merupakan sultan sepuh terakhir yang merupakan trah Sunan Gunung Jati.

“Setelah beliau dibunuh oleh Ki Muda, tidak ada kalimat warisan darinya bahwa tahta selanjutnya harus dilanjutkan ke adik-adiknya. Adik Sultan Matangaji yang bernama Arya Wetan melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur yang kemudian memulai cikal bakal Ponpes Gontor melalui Ki Sulaeman Jamaludin Gontor. Makanya sempat juga pihak Gontor datang ke Cirebon belum lama ini, di antaranya ingin mengetahui bagaimana sejarah saat itu,” tuturnya.

Ia menambahkan, setelah Sultan Matangaji meninggal, yang menjadi sultan berikutnya adalah Ki Muda yang notabenenya merupakan paman Sultan Matangaji.

“Setelah itu Sultan Sepuh berikutnya hingga sekarang ya bukan trah Sunan Gunung Jati. Sebab, setelah Ki Muda yang berjuluk Sultan Sepuh Hasanudin menjadi Sultan Sepuh VI, kemudian Sultan Sepuh VII dan seterusnya ya bukan trah,” ungkapnya.

Sehingga, menurutnya, yang rebutan tahta Sultan Sepuh saat ini sama-sama bukan trah Sunan Gunung Jati.

Sumber Artikel berjudul ““Sejarah Peteng” Perlahan Mulai Terungkap”, selengkapnya dengan link: https://suararadarcakrabuana.com/../sejarah-peteng-perlahan-mulai-terungkap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *