Ungkap Fakta Di Balik Mitos Ken Arok Pahlawan Sejarah.

Ken Arok, nama yang menggetarkan dunia sejarah Jawa, adalah pendiri Kerajaan Singasari dan sosok yang telah lama menjadi bahan perdebatan. Dikenal melalui kisah-kisah penuh warna dan mitos, Ken Arok sering kali dipandang sebagai pahlawan yang memperjuangkan kekuasaan dan mendirikan kerajaan besar.

Namun, apakah kenyataannya seindah legenda, atau ada dimensi tersembunyi yang lebih gelap dari yang kita ketahui? Mari kita telaah lebih dalam.

Ken Arok pertama kali muncul dalam naskah kuno “Pararaton” (Kitab Raja-Raja), sebuah sumber utama yang mengisahkan sejarah awal Kerajaan Singasari dan Majapahit. Dalam teks tersebut, Ken Arok digambarkan sebagai seorang mantan pengikut Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung, yang kemudian berhasil merebut kekuasaan dengan cara yang penuh intrik.

Menurut Pararaton, Ken Arok menggunakan keris pusaka Mpu Gandring, yang konon memiliki kekuatan magis, untuk membunuh Tunggul Ametung dan menikahi istrinya, Ken Dedes, sebagai langkah untuk mengklaim tahta.Berdasarkan teks Pararaton, kita menemukan kutipan bahasa Kawi yang menggambarkan kemunculan Ken Arok dengan kalimat:

“Sang Ken Arok, pinatih ing Tumapel, nyekapi dhuwung dhateng Tunggul Ametung.”

Artinya, “Ken Arok, mantan pengikut Tunggul Ametung, merebut kekuasaan dari Tunggul Ametung.”

Namun, di balik pengakuan sebagai pendiri Singasari, terdapat banyak pertanyaan mengenai validitas klaim ini. Mitologi atau Sejarah?

Dalam buku “The History of Java” oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Ken Arok sering kali dipandang melalui lensa yang campur aduk antara fakta dan mitos. Raffles menyebutkan bahwa Ken Arok adalah “tokoh yang penuh warna” tetapi mengingatkan kita bahwa banyak cerita tentangnya mungkin lebih bersifat mitologis daripada sejarah faktual.

Kritikus sejarah seperti M.C. Ricklefs, dalam karyanya “The Seen and Unseen in Javanese History”, berpendapat bahwa Ken Arok dan cerita seputarnya bisa jadi merupakan hasil dari konstruksi naratif yang dibuat untuk memperkuat legitimasi kerajaan Singasari. Banyak elemen dalam kisah Ken Arok, termasuk keris Mpu Gandring, yang mungkin dimaksudkan sebagai simbol kekuasaan dan keberanian daripada fakta historis yang akurat.

Persaingan dan Pengkhianatan

Ken Arok tidak hanya dikenal sebagai pendiri kerajaan, tetapi juga sebagai simbol dari pengkhianatan dan ambisi. Kisahnya penuh dengan intrik dan persaingan, termasuk peristiwa pembunuhan Tunggul Ametung yang dilakukan dengan cara yang penuh tipu daya.

Dalam Nagarakretagama, sebuah naskah terkenal yang mencatat sejarah Majapahit, tidak banyak menyebut Ken Arok secara detail, tetapi narasi yang ada lebih banyak berfokus pada legitimasi dan pengaruh daripada fakta-fakta spesifik.

Ada yang berargumen bahwa Ken Arok adalah contoh dari karakter yang menggunakan semua cara untuk mencapai tujuannya, dan ini mencerminkan kenyataan politik di Jawa pada waktu itu. Apakah tindakan-tindakannya mencerminkan kecerdikan politik atau hanya manipulasi kejam? Ini adalah perdebatan yang masih terus berlangsung.

Kisah Ken Arok adalah contoh klasik dari bagaimana sejarah dapat dipengaruhi oleh mitos dan narasi. Apakah Ken Arok benar-benar pahlawan yang membangun sebuah kerajaan besar, ataukah dia hanya manipulatif dan ambisius yang menggunakan cara-cara ekstrem untuk meraih kekuasaan?

Perdebatan ini tidak akan pernah sepenuhnya terpecahkan, tetapi yang jelas adalah bahwa Ken Arok merupakan simbol dari kompleksitas sejarah Jawa, tempat di mana kebenaran sering kali diselimuti oleh lapisan mitos dan kepentingan politik.

 

Penulis Redaksi : Rakhmat sugianto.SH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *